Jumat, 02 Maret 2018

Krisis Moral dan Tata Kerama

Mengingat tentang krisisnya moral dan tata krama tentunya kita sendiri sadar betapa penting dan perlunya moral dan tata krama dalam bermasyarakat. Namun yang sekarang ini kita jumpai bukanlah tentang atau prilaku yang penuh norma adat dalam bermasyarakat tetapi kehidupan yang terpisah yang dihadapi sendiri-sendiri.

Prilaku yang demikian itu sering saja kita temui dalam kehidupan nyata sekarang ini. Tidak hanya di kota-kota saja tetapi sudah masuk ke dalam ranah masyarakat pendesaan.

Konsep sebenarnya dalam hidup bermasyarakat haruslah saling berdampingan serta bahu membahu untuk mewujudkan tantanan masyarakat yang lebih bijaksana. Maka dari itu tujuan norma yang sebenarnya mulailah berkurang dari masyarakat itu sendiri.

Krisis moral dan etika dalam kehidupan masyarakat ini dapat terjadi apabila masyarakat sudah saling tidak mempedulikan apa yang sedang terjadi. Meskipun hal demikian ini sering terjadi di perkotaan tetapi tidak mungkin kemungkinan akan terjadi di desa-desa.

Antara tetangga yang satu tidak saling mengenal dengan tetangga yang sebelahnya. Mahkan dia sendiri tidak pernah mengenal orang ada di depan rumahnya sendiri.

Prilaku yang demikian itu sudah terjadi dimasyarakat kita. Tetapi masih saja beberapa anggapan yang mengatakan seolah hal demikian ini tidak terjadi. Disamping itu karena prilaku dari orang tua atau yang dituakan bersikap demikian maka turunlah sikap yang demikian itu kepada generasi muda selanjutnya sehingga menganggap hal yang demikian itu adalah lumrah. Maka seterusnya dan seterusnya sehingga terbitlah krisis moral dan tata kerama dalam berkehidupan bermasyarakat.

Sebagai contoh lain yang kita lihat sekarang ini adalah tentang pelaksanaan tentang gotoroyong, dulu itu sering kita temukan dalam setiap satu kelurahan mengadakan Gotoroyong rutin di setiap pagi jum'at atau minggu. Tetapi sekarang sudah tidak pernah kita jumpai lagi, jika ada paling cuman 10 atau 15 orang.

Begitu juga dengan adap bermasyarakat itu sendiri. Ini yang sering terjadi di komplek-komplek dan kawasan perumahan. Jangankan dia yang mempunyai mobil si tukang saja berprilaku sombong. Dan mereka bahkan tidak saling mengenal antara tetangga yang satu dengan yang lainnya. Jangankan untuk mengetahui namanya tetapi kenal saja tidak.

Inilah prilaku-prilaku yang disayangkan. Belum lagi jika kita beralih pada komplek-komplek elit, sudah bisa kita bayangkan betapa tingginya dan mahalnya nilai kehidupan.

Jujur memang tidak semua berprilaku yang demikian itu tetapi nilai-nilai ketidak baikan ini sudah mulai timbuh dan terus berkembang biak dalam kehidupan masyarakat ini. Mungkin akan terus dipeliaran, karena nilai kehidupan yang sekarang kita rasakan semua itu dikurs dengan nilai uang yang bisa kita peroleh.

Karena anggapan masyarakat kita sekarang ini seberapa besar kita bisa menghasilkan rupiah dalam setiap harinya. Maka sebesar itulah kita memperoleh kemuliaan dalam kehidupan. Seperti yang pernah diungkapkan oleh seorang luar negeri tentang memperoleh kebijaksanaan. "Ketika kamu miskin dan bukan siapa-siapa, kata-kata bijak mu terdengar bagaikan kentur. Dan ketika kamu sukses dan kaya raya, kentut mu itu terdengar sangat bijak."

Begitulah tersohornya orang luar negeri itu. Namun yang dia ungkapkan itu adalah kebenaran yang sedang terjadi sekarang ini, termasuk dalam kehidupan masyarakat kita.

Selain dari itu kaula muda dalam masyarakat kita selalu tumbuh bagaikan jamur, mereka hanya hanya sebatas manusia dan tidak bisa menjadi orang semestinya. Masing-masing yang dilakukan hanya demi kepentingan dan hiburan diri sendiri serta tidak pernah ada manfaatnya bagi orang banyak. Mereka hanya fokus bagaimana cara mencari pundi rupiah yang baik dan benar.

Sekalipun dengan pendidikan yang ditempuhnya, mereka hanya mencari cara bagaimana caranya menjatuhkan lawan, bagaimana cara menggantikan posisi lawan, belum lagi dengan masalah jual beli jabatan menjadi bisnis yang menguntungkan.

Bukankah tidak salahnya bila dengan prilaku dan sikap demikian itu bisa kita katakan mereka hanya meluluskan keledai-keledai setiap tahunnya untuk mepora-porandakan negeri ini.

Namun begitulah nyata yang kita hadapi sekarang ini. Krisis moral, krisis norma, krisis etika, bahkan kita selalu menghadapi krisis kehidupan didunia ini yang tidak lagi menilai betapa berartinya nilai kehidupan ini.

Semua itu bersumber dari satu yaitu krisisnya ilmu dalam jati diri serta tidak sadar siapa diri kita ini. Karena krisisnya ilmu cahaya hati nuranilah yang menyebabkan semua ini terjadi sehingga kasih sayang diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya sudah pudar hingga tak bersisa.

Namun jika ilmu ini masih dimiliki serta masih saja dimiliki oleh setiap insan dalam bermasyarakat kehidupan kita ini, sungguh seperti yang kita bahas itu kecil kemungkinan tidak akan terjadi. Namun apalah hendak dikata nasi sudah jadi bubur terpasak haruslah ditambahkan gula supaya lebih manis. Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

 
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | BTheme.net